Monday, May 30, 2016

Budaya Samin

Samin atau budaya samin yang terletak di Desa Jepang, Margomulyo, Bojonegoro ini merupakan salah satu budaya yang ada di indonesia. “samin” berasal dari kata “sami” yang artinya “sama”. Kisah awal mula mendapat nama samin karena dulu sesepuh samin yang bernama Surosentiko Samin dari kelompok samin berkata kepada pihak belanda dengan kata “sami”, dan orang belanda pun menyebut kelompok tersebut dengan kata samin yang terkenal hingga saat ini. Akses jalan untuk bisa sampai ke daerah Desa Jepang - Margomulyo tidaklah sulit, kendarakan montor dan mobil bisa masuk ke Desa Jepang.
Ketua Samin bernama Mbah Harjo Kardi, yang mana mbah Harjo Kardi ini adalah keturunan keempat dari Surosentiko Samin. Dari Mbah Harjo inilah para warga samin bisa menjadi warga yang mandiri, karena Mbah Harjo mengajarkan berbagai keterampilan kepada warga seperti cara membuat gamelan, meja kursi, memperbaiki rumah, cara menanam tanaman yang benar, beternak, dan juga bertani.
 
 Desa Jepang sendiri hanya terdiri dari 2 RT (Rukun Tetangga) yang dihuni oleh 250 penduduk yang tinggal di desa tersebut, tetapi hanya 100 orang saja yang penduduk samin asli, sisanya penduduk pendatang baru. Di Desa Jepang warga Samin hidup rukun, meskipun memiliki perbedaan budaya namun hal tersebut tidak menjadi hambatan untuk hidup rukun di tempat tersebut. Kelompok samin dan warga lainnya bergotong royong dan saling membantu. Mata pencarian Samin ada 3, yakni ada yang menjadi petani, peternak, dan pedagang. Namun mayoritas mata pencariannya adalah petani, ada beberapa tanaman yang di rawat oleh petani misalnya padi dan jagung. Selain itu bagi warga yang memiliki sapi atau kambing bisa menjadi peternak, selain itu ada juga warga yang berdagang palawija untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari. Peternakan sapi ini awalnya mendapat dana dari pemerintah senilai 12 juta yang kemudian di olah oleh Mbah Harjo menjadi peternakan sapi dengan jumlah 10 ekor sapi dan gudang fermentasi pupuk. Disinilah peran Mbah Harjo sangatlah penting untuk kemajuan warga samin.
  
Tradisi pernikahan di buadaya samin sama seperti tradisi pernikahan pada umumnya, hanya saja yang membedakan adalah nilai pernikahan tersebut, maksudnya jika seorang warga samin hendak emnikah maka harus menjalankan pernikahan tersebut dengan jujur,bisa menjaga tutur kata, dan saling melengkapi. Agama yang di anut oleh Samin ialah agama adam, artinya agama yangberisi lima agama yakni islam, budha, hindu, kristen, dan katholik.   Ada satu hal yang patut menjadi panutan dari budaya samin ialah, bahwa dalam kondisi apapun harus berkata jujur, menjaga tutur kata agar tidak menyinggung orang lain, seperti ketika seseorang berhutang yang akan membayar 1 hari, maka besoknya ia harus memnuhi janji membayar hutangnya tersebut. Ada 3 elemen hidup yang ada di budaya samin, yang pertama ialah tanaman bisa hidup tanpa adanya bantuan dari siapapun, tanaman rumput mislanya. Elemen yang kedua ialah hewan bisa hidup tanpa ada yang mengurusi bisa hidup dan mati sendiri, dan elemen yang ketiga ialah: tatanan hidup manusia yang bisa di kaji, tidak adanya dengki, selalu jujur dalam kehidupan, elemen ketiga inilah yang menjadi dasar kehidupan budaya samin.